Satuan PUSKESAD
"Selalu Kompak dan Patuh"

Amenore adalah kejadian tidak munculnya menstruasi (datang bulan, haid). Kejadian ini dapat fisiologis (normal) atau patologis (tidak normal atau dengan kata lain ada kelainan/gangguan). Kejadian ini fisiologis (normal) pada wanita pra-puber, hamil dan paska-menopaus.
Pada kejadian patologis, berdasarkan penyebabnya, dibedakan menjadi dua, primer dan sekunder. Amenore Primer disebabkan gangguan organ reproduksi. Sedangkan Amenore Sekunder disebabkan oleh gangguan non organik. Disebut Amenore Primer apabila pada usia 16 tahun belum keluar menstruasi. Bahkan ada yang menyebutkan pada saat usia pubertas 13 tahun belum mens atau tidak ditemukan tanda-tanda pubertas (pertumbuhan payudara) maka harus ditindaklanjuti dengan tatalaksana Amenore Primer. Disebut Amenore Sekunder apabila pasien sudah menarke (mens pertama kali) kemudian dalam perjalanannya mengalami tidak menstruasi.
Apa itu Menstruasi?
Siklus menstruasi dimulai apabila telur yang dikeluarkan oleh ovarium (indung telur) tidak dibuahi, sehingga endometrium (dinding rahim) yang dipersiapkan untuk menerima telur yang telah dibuahi itu, meluruh menjadi menstruasi.
Pada wanita, menstruasi merupakan salah satu tanda perkembangan organ reproduksi sekunder. Organ reproduksi sekunder ini muncul pada saat usia pubertas. Ditandai dengan munculnya buah dada (telarke), menstruasi (menarke), pertumbuhan rambut pubis (rambut kemaluan) dan pertumbuhan tinggi badan.
Menarke dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti genetik, suku, etnis, sosial, ekonomi. Di Indonesia, usia menarke antara 10-16 tahun, rata-rata usia menarke 12,5 tahun.
Epidemiologi
Angka kejadian Amenore Primer sangat jarang, insidennya kurang dari 1%. Tiap tahun, sekitar 5-7% populasi mengalami Amenore Sekunder.Uniknya, kejadian Amenore Sekunder ini sering dijumpai pada populasi prajurit wanita dan atlet wanita.Majalah Newsweek pada edisi 9 Maret 2018 melansir bahwa prajurit wanita di Korea Utara mengalami amenore. Hal ini ditemukan pada prajurit yang direkrut langsung maupun yang sedang menjalani wajib militer. Korea Utara mengharuskan semua warganya ikut wajib militer selepas SMA. Kejadian amenore ini reversibel, selepas masa wajib militer atau pendidikan militer dasar, para prajurit wanita ini mendapatkan menstruasinya kembali
Bagaimana dengan di Indonesia?
Tak terkecuali, para prajurit wanita Indonesia pun mengalaminya. Khususnya pada Pendidikan Dasar Keprajuritan (Diksarit) pada saat warga negara Indonesia direkrut dan menjalani Pendidikan Pembentukan (Diktuk).
Mengapa ini bisa terjadi?
Siklus menstruasi diprogram di otak oleh hipotalamus. Hipotalamus memerintahkan kelenjar pitituari untuk
mengeluarkan hormon-hormon yang berperan dalam penyiapan endometrium untuk implantasi dan maturasi telur dalam ovarium. Gangguan pada setiap titik pada Sumbu Hipotalamus-Pitituari-Ovarium (HPO axis) menyebabkan siklus menstruasi terganggu.
Trias Atlet Wanita
Pada dunia olahraga, khususnya pada atlet wanita, dikenal istilah ”Trias Atlet Wanita” (Female Athlete Triad). Pada tahun 1993, DeSouza menemukan bahwa banyak atlet wanita mengalami amenore. Penelitiannya kemudian dipublikasikan dalam jurnal American College of Sports Medicine. Trias ini ditandai dengan gangguan makan (akibat diet atau penurunan berat badan dalam waktu singkat), amenore dan osteporosis.
Gangguan makan
Pada atlet cabang olahraga (cabor) tertentu, berat badan sangat diperhatikan, karena menentukan kelas pertandingan. Untuk menurunkan berat badan dalam waktu singkat, kadang diet dan obat pelangsing digunakan.
Pada proses penurunan berat badan, selain berat badan yang hilang (weight loss) disertai pula dengan hilangnya lemak tubuh (fat loss). Pada wanita, lemak tubuh merupakan reservoir estrogen. Kehilangan lemak tubuh yang signifikan dalam waktu singkat menyebabkan estrogen pun berkurang sehingga keseimbangan Sumbu HPO terganggu. Akibatnya, siklus mentruasi pun terganggu.
Amenore
Amenore yang dimaksud di sini adalah Amenore Sekunder, yang diakibatkan oleh terganggunya Sumbu HPO.
Walaupun organ reproduksi letaknya di dalam perut namun kontrolnya ada di otak (di hipotalamus). Sehingga gangguan psikologis yang mempengaruhi otak dapat menjadi pencetus timbulnya Amenore Sekunder. Dalam bahasa remaja dikatakan ”stres sampai tidak mens”.
Stres psikologis dapat terjadi karena suasana akan bertanding, suasana latihan yang disiplin dan keras, perubahan pola hidup sehari-hari, jauh dari keluarga karena masuk pusat latihan (training centre, pusdik, dst), bertemu dengan orang-orang baru yang tidak dikenal dan kelelahan mental.
Stres fisik dapat terjadi karena kelelahan fisik akibat latihan yang disiplin dan berat, penurunan berat badan yang signifikan dalam waktu singkat, gangguan makan (penggunaan obat penurun berat badan/pelangsing).
Kombinasi stres psikis dan stres fisik ini menyebabkan tubuh (dalam ini otak) berpikir bahwa terjadi ”bencana alam” sehingga menjalankan secara otomatis ”mekasnisme perlindungan diri” dengan melakukan ”shut down” fungsi-fungsi non vital seperti fungsi reproduksi demi menjaga kelangsungan hidup fungsi vitalnya.
Kondisi ini, pada umumnya muncul saat awal pendidikan, terutama pada rekrutmen awal, saat perubahan pola hidup dari sipil menjadi militer. Kondisi ini membaik, ketika prajurit tersebut sudah bisa beradaptasi secara psikis dan fisik maka prajurit wanita tersebut akan mendapatkan menstruasinya kembali.
Osteoporosis
Seperti kita ketahui, osteoporosis terjadi fisilogis pada wanita menopaus (mati haid). Kondisi amenore sekunder, atau tidak haid, pada trias ini membuat sang atlet dalam keadaan seperti ”seolah-olah” wanita menopaus.
Estrogen adalah ”bone protector”. Selama wanita itu haid, tulangnya aman. Namun, pada saat mati haid, saat estrogen menurun maka ”bone protector” pun turun sehingga kepadatan tulang menurun atau dalam bahasa populer disebut keropos tulang (osteoporosis).
Penelitian American College of Sports Medicine membuktikan bahwa pada atlet wanita yang amenore BMD (Bone Mass Density) nya lebih rendah dibandingkan dengan atlet wanita yang haid. BMD menggambarkan tingkat kepadatan tulang. Pada usia remaja dan dewasa muda seharusnya nilai BMD normal, sedangkan BMD rendah didapatkan pada orang tua.
Perjalanan Penyakit
Untungnya, prognosa amenore pada prajurit wanita ini baik. Amenore Sekunder ini reversibel sifatnya. Ketika prajurit wanita itu selesai pendidikan atau naik tingkat, maka dia akan mendapatkan menstruasinya kembali.
Kondisi ostoporosis dan BMD yang lebih rendah yang terjadi pada kasus amenore ini mempunyai konsekuensi meningkatnya resiko kejadian patah tulang terhadap prajurit wanita atau atlet wanita yang bersangkutan. Konsekuensi ini harus menjadi perhatian khusus bagi pelatih, pembina dan pengampu.
Edukasi
Para prajurit wanita pada pendidikan militer saat perekrutan awal (diktuk) harus mendapat informasi yang benar sehingga mereka dapat menjaga tubuhnya sendiri dan menghindarkan diri dari cedera serta menghilangkan prasangka.
Kejadian Amenore Sekunder ini tidak disebabkan oleh obat atau zat kimia tertentu yang sengaja diberikan oleh institusi pendidikan agar para prajurit siswanya tidak menstruasi. Atau, akibat tahayul, akibat masuk hutan yang ada penghuninya.
Kejadian Amenore Sekunder ini dapat dijelaskan secara ilmiah dan dialami oleh para prajurit wanita dan atlet wanita di seluruh dunia.
Ketidakmengertian para prajurit wanita dan para pelatih serta pengampu membuat mereka berasumsi macam-macam yang dapat kontraproduktif.
Kenali, pahami dan rangkulah kondisi ini karena ini bukan penyakit, walaupun, tetap ada konsekuensi dari Amenore Sekunder ini seperti resiko patah tulang.
Ditulis oleh :
Dr. Paulin Marwita, Sp.OT, M.kes. Mayor Ckm (K) NRP 11000024820873. Wakarumkit Tk. III Brawijaya. Dikum : Fakultas Kedokteran Unair 1998, FK Unhas 2013. Dikmil : Semapa PK 2000, Sesarcab Kes 2000, Suspajemen Rumkit Pratama 2005, Diklapa II 2016, Dikpajemen Rumkit Madya 2017.